Komitmen LTKL, Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari Dorong Pembangunan Lestari

Sigi395 Dilihat

PALU. PIJARSULTENG. COM, – Komitmen Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) kabupaten Sigi tergabung dalam sembilan kabupaten yang tersebar di enam provinsi di Indonesia.

Untuk itu, Kabupaten Sigi bakal menggelar Festival Lestari #5 pada 23-25 Juni mendatang. Festival ini merupakan upaya pemerintah Sigi mendorong transformasi ekonomi melalui hilirisasi komoditas berbasis alam dan penguatan UMKM produk agroforestri.

Transformasi ekonomi melalui hilirisasi dapat mendorong daya tahan dan daya saing daerah. Hilirisasi komoditas ini jika dilakukan secara berkelanjutan juga dapat mendukung keseimbangan, inklusi sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca JugaPetahana, Nisbah Lolos Jadi Komisioner KPU Sulteng Periode 2023-2028

Demi mencapai tujuan transformasi itu, Kabupaten Sigi membuat Perda Sigi Hijau sebagai payung besar untuk menciptakan ekonomi lestari.

“Sigi mendorong pembangunan lestari dengan mengembangkan komoditas berbasis alam untuk meningkatkan daya ekonomi masyarakat, salah satunya melalui kegiatan Festival Lestari ini akan memperkenalkan komoditas unggulan yang ada di Sigi,” ujar Afit Lamakarate, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sigi, dalam diskusi media bersama wartawan di Pipikoro Coffee, (23/5/2023).

Afit menambahkan, salah satu mata acara utama yang strategis dalam festival ini adalah kegiatan Investment Forum Cagar Biosfer yang melibatkan beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah, khususnya kabupaten-kabupaten yang tergabung di Cagar  Biosfer Lore Lindu.

Investment Forum Cagar Biosfer adalah sebuah forum untuk mempertemukan peluang investasi dan bisnis yang ramah lingkungan ramah sosial.

Melalui kegiatan ini, Kabupaten Sigi dapat mempromosikan dan menampilkan peluang-peluang investasi dan bisnis lestari yang ada di Sulawesi Tengah utamanya  di kawasan cagar biosfer.

“Dalam Festival Lestari akan ada investment forum, business matching, kedua kegiatan ini akan menyasar bisnis dalam skala UMKM, maka pilihannya pada komoditas agroforestri seperti kakao, kopi, palmarosa, dan bambu,” papar Afit.

Forum ini mengundang pemangku kepentingan dari pemerintah daerah dan nasional, sektor swasta, sektor investasi dan ekonomi,  pelaku UMKM, pakar, produsen, orang muda dan masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan investasi dan bisnis. Afit menambahkan, setelah Festival Lestari ini harapannya agar UMKM di Sigi mendapatkan investasi dalam bentuk MoU yang dapat segera diimplementasikan dan berdampak pada masyarakat dan UMKM secara langsung.

Komoditas Unggulan

Bukan tanpa sebab Perda Sigi Hijau dibuat, Kabupaten Sigi memiliki potensi komoditas agroforestri seperti kakao organik, kopi, bambu, vanila, durian, dan kelor.

Di sisi lain Kabupaten Sigi memiliki cakupan hutan hampir 70% dari luas wilayahnya yang harus dipastikan tutupan hutannya terjaga. Maka, hilirisasi komoditas agroforestri menjadi salah satu solusi menjaga lingkungan dan menghidupkan perekonomian masyarakat.

Seperti komoditas kopi yang berasal dari Desa Pipikoro, Kabupaten Sigi. Salah satu produsen hilirisasi komoditas kopi, telah membuktikan hilirisasi komoditas membawa nilai tambah dan manfaat ekonomi.

Harri Ramdhani, yang akrab disapa Obhi, pemiliki usaha Pipikoro Coffee mengatakan komoditas kopi jika mendapat perhatian khusus dan dikelola secara berkelanjutan bisa menjadi komoditas unggulan.

“Sigi punya banyak potensi agroforestri, lahannya begitu luas, dan punya biji kopi yang baik dan unggul karena wanginya yang khas jika proses pengelolaan yang baik,” kata Obhi.

Obhi juga berkesempatan mengikuti program Masterclass Investasi Lestari sebagai pelatihan penyusunan portofolio investasi lestari berbasis rantai pasok gotong royong dalam bentuk pitchbook.

Obhi menambahkan, saat ini Pipikoro Coffee dapat memproses 20-30 kilogram biji dan kopi setiap hari. Sebagai ilustrasi nilai tambah, satu kilogram biji kopi harganya Rp 45.000 namun jika dihilirisasi dan menjadi produk bernilai tambah dapat menjadi 60 gelas americano seharga Rp 15.000 per gelas. Meski begitu, Obhi mencatat hilirisasi perlu dukungan kelestarian industri hulu agar kualitas komoditas tetap terjaga.

Dalam kesempatan Festival Lestari, Kabupaten Sigi juga akan memperkenalkan potensi pariwisata, kebudayaan, dan kuliner yang dikemas dalam kegiatan Sustainable Culinary Journey.

Program-program dalam Festival Lestari dirancang untuk mendorong terwujudnya Sigi Hijau dan target Kabupaten Sigi, yaitu masuknya investasi berkualitas yang tidak hanya mensejahterakan masyarakat tapi juga mendukung kelestarian lingkungan hidup.

Tentang Festival Lestari

Festival Lestari merupakan perayaan bersama dan ajang promosi bagi kabupaten anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) serta mitra pembangunan atas perkembangan implementasi visi kabupaten lestari. Festival ini juga menjadi wadah bagi kabupaten tuan rumah untuk implementasi program bagi komoditas atau potensi lestari lainnya.

Tuan rumah kabupaten anggota pada festival kelima tahun ini adalah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Festival Lestari 2023 yang mengusung tema “Tumbuh Lebih Baik”, mengangkat topik-topik yang menjadi fokus utama pembangunan lestari.

Antara lain pengembangan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing, menguatkan kualitas harmoni sosial, pembangunan lestari berbasis mitigasi bencana, pengembangan industri kecil menengah (IKM) dan komoditas lestari turunan berbasis alam yang memiliki nilai tambah, pengembangan wisata, budaya, dan kearifan lokal, serta pengembangan lapangan pekerjaan yang mampu selaras dengan pelestarian sumber daya alam.

Topik-topik tersebut akan diturunkan menjadi program-program dalam festival.SAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *