Ada Apa dengan Tambang Rakyat?. Pengawas Tambang Arogan. 

Parigi622 Dilihat
iklan

PARIMO. PIJARSULTENG. COM–Petugas Tambang dianggap arogan karena tak membiarkan warga desa Buranga ke lokasi itu.

Salah satu warga, Gugun yang datang ke lokasi tambang untuk minta pekerjaan tiba – tiba pulang sudah babak belur.

” Saya dipukuli oleh pengawas mereka yang ada disana. Padahal saya bicara baik – baik mereka tak suka saya berada di lokasi itu padahal sebelumnya kita selalu disana sebelum ada tambang di atas, ” ujar Gugun

Gugun Warga Desa Buranga

Untuk itu, puluhan warga Desa Buranga, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parimo mendatangi Kantor Polsek Ampibabo pada Jumat (21/02/2025) sore.

Warga Buranga saat di Polsek Ampibabo untuk membuat laporan salah satu warga dipukuli petugas tambang di Lokasi Tambang Desa Buranga Kec Ampibabo kabupaten Parimo. Jumat (21/2/2025) . : Foto : Istimewa

Kedatangan mereka untuk meminta perlindungan hukum setelah insiden antara seorang warga dan pengawas lapangan di area tambang di desa tersebut.

Baca JugaHasil RDP Komisi II DPRD Parimo, Aktivitas Pengelolaan Pertambangan di Buranga Perlu Dihentikan Sampai Ada Kesesuaian WPR di Parimo

Adapun kronologis kejadian bermula sekitar pukul 16.00 WITA di lokasi tambang, ketika seorang warga terlibat adu mulut dengan pengawas lapangan area pertambangan rakyat Perdebatan tersebut berujung pada ketegangan, sehingga warga merasa khawatir akan terjadinya eskalasi konflik yang lebih besar. Atas dasar itu, mereka berinisiatif melapor ke polisi, didampingi oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Buranga, Rizal.

Ketua BPD Desa Buranga, Rizal, menegaskan bahwa kedatangan warga ke Polsek Ampibabo bertujuan mencari perlindungan hukum.

“Kami ke kantor polisi untuk mencari perlindungan hukum , karena dianggap mereka sudah arogan. Hal ini juga untuk melindungi warga agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan*

“Saya juga mengimbau anak-anak muda untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memperkeruh situasi. Jika tidak ada solusi, permasalahan ini perlu ada tidak lanjutnya Izin Pertambangan Rakyat saja itu sudah menandakan pertambangan rakyat, ada apa dengan Tambang Rakyat, ” ujar Rizal.

Selain itu, Rizal menyoroti kurangnya keterbukaan dari pihak koperasi terkait aturan kerja serta legalitas operasionalnya.

“Seharusnya pihak pengawas pertambangan rakyat membina masyarakat agar dapat bekerja sama. Sampai saat ini, aturan yang berlaku belum terbuka dan sudah beroperasi hampir dua bulan. karena sebagai aparatur desa, saya wajib mengetahui hal tersebut,” tambahnya.

Rizal juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan tindakan anarkis pasca-insiden tersebut.

Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Kapolsek Ampibabo, Yan Syharuddin, melalui nomor kontaknya pada Jumat malam, tidak mendapatkan tanggapan meskipun pesan konfirmasi telah terkirim.

Di sisi lain, Camat Ampibabo, Mardiana yang dikonfirmasi mengenai insiden ini, mengaku tidak mengetahui adanya bentrokan warga.

“Astagfirullah, maaf, saya tidak tahu ada bentrokan. Saya sebagai camat hanya melakukan pengawasan atas perintah Pj Bupati Parimo. Sampai saat ini, dokumen yang seharusnya saya pegang belum diserahkan oleh pengurus koperasi,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak pe tambangan terkait kejadian ini. Warga berharap adanya kejelasan regulasi serta kepastian hukum agar konflik serupa tidak kembali terjadi.YUN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *