PALU.PIJARSULTENG.COM,- Angka stunting di Provinsi Sulawesi Tengah ( Sulteng) tahun 2022 turun 1.5%.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi Stunting provinsi Sulteng tahun 2022 sebesar 28.2% dari tahun sebelumnya 29.7%. Terjadi penurunan namun secara nasional, Sulteng naik 1 langkah ke posisi 7 angka stunting tinggi.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulteng, Tenny C. Soriton, menyebut penurunan angka tersebut, wajib disyukuri. tetapi juga menjadi cambuk bagi pihaknya dan seluruh lintas sektor untuk lebih kerja optimal
Baca Juga : Camat Palu Selatan Serahkan Elsimil Ke Putri Pegawai BKKBN
“ Angka stunting secara nasional turun, kita bersyukur karena turun dari 29.7% menjadi 28.2% tentunya menjadi tugas kita bersama bagaimana kedepannya bisa bersama-sama dengan lintas sektor secara optimal menurunkan stunting. Target kita masih sangat jauh.” Ujar Tenny saat ditemui diruang kerjanya, Senin (30/1/2023)
Setiap tahunnya Sulteng menargetkan penurunan stunting 3-4%, namun dengan hasil SSGI yang menunjukkan penurunan belum signifikan, Tenny menuturkan Tahun 2023 Sulteng harus menurunkan minimal 4%
” Tahun ini kita hanya menurunkan 1.5 yang seharusnya turun 3-4 %, tapi itulah menjadi tugas kita bersama, kita berbangga karena kita bisa turun tapi kita juga harus berupaya karena belum sesuai target, dibeberapa daerah juga ada kabupaten yang naik. Minimal bisa mencapai 4% penurunan di tahun 2023.” Ujarnya
Sementara Prevalensi stunting di 13 kab/kota. bervariasi. tidak semuanya menunjukkan penurunan. Tercatat ada 6 kabupaten yang angka stuntingnya turun seperti Kab. Sigi, Parigi Moutong, Poso, Banggai Laut, Banggai dan Morowali. 3 diantaranya menunjukkan penurunan yang signifikan yaitu Kabupaten Banggai laut turun 6.1%, Morowali turun 5.6% dan Parigi Moutong 4.3%.
Hal tersebut mengakibatkan pergeseran rangking stunting diantara 13 Kab/Kota. Kabupaten Banggai Laut yang ditahun 2021 berada di posisi 10 kini menghuni tempat terakhir sebagai daerah yang memiliki angka stunting paling rendah se Sulteng yaitu 20%, menggeser Kota Palu yang kini naik tahta di peringkat 9 angka stunting tinggi yakni 24.7%.
Penurunan serupa juga di tunjukkan kab. Morowali yang sebelumnya berada di posisi 7 dengan prevalensi stunting sebesar 28.9% menjadi 23.3% sehingga berada di urutan 2 terakhir angka stuntingnya rendah
Tak kalah mencengangkan juga terjadi pada Kab. Parigi Moutong sebagai daerah dengan jumlah Penduduk terbesar di Sulteng dan tahun lalu berada di 2 teratas dari puncak klasemen angka stunting tinggi, kini turun drastis ke posisi 7 dengan prevalensi 27.4%.
Tenny berkomentar dirinya mengapresiasi usaha dan upaya yang sudah di lakukan kabupaten/kota, tetapi perjalanan penurunan stunting masih 2 tahun lagi, sehingga tetap siaga stunting
” Ini menjadi PR kita karena tidak semua kabupaten turun, tetapi ada kabupaten yang angka stuntingnya naik. Ini tentunya menjadi tugas kita bersama. Walaupun turun ini masih dibawah target kita, yang sudah mendekati itu banggai laut,” jelasnya
Dalam waktu dekat ini, Tenny mengutarakan akan menggelar rapat kerja daerah mengundang seluruh stakeholder dan mitra kerja untuk penguatan kolaborasi pelaksanaan program Banggakencana dan percepatan penurunan stunting. Ia optimis kab/kota yang naik stuntingnya akan turun ditahun ini
” Kita akan laksanakan rakerda, diharapkan disitu saling berkoordinasi dengan kabupaten/kota, kita akan lihat kira-kira penyebab turunnya stunting di beberapa daerah langkah-langkah apa yang mereka ambil, mungkin kita bisa kolaborasi untuk diterapkan di kabupaten lainnya,” tuturnya
” Kita berupaya kab/kota yang turun untuk tetap mengoptimalkan program inovasinya, kita harus memberikan semangat, mereka bukan berarti tidak bekerja tapi ada yang perlu dikerjasamakan,” sambungnya
Ditemui ditempat berbeda, Koordinator Program Manager Satuan Tugas (satgas) Percepatan Penurunan Stunting Sulteng Try Nur Ekawati Lukman S.KM, M.Si, menuturkan langkah strategis penanganan stunting perlu pengawalan semua pihak. Dirinya bersama tim juga akan ikut bersama pemerintah menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan naiknya angka stunting di 7 kabupaten/kota
” Perlu dilakukan dobrakan dan inovasi yang di inisiasi oleh sekretariat PPS baik pada level provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan kelurahan/desa serta BKKBN selaku Ketua PPS serta Satgas PPS dalam mengawal 6 kab 1 kota yang mengalami kenaikan ini,” imbuhnya
Diketahui dari 13 Kab/kota se Sulteng, hanya Kabupaten Banggai laut yang berada diangka ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%., Eka menuturkan bahwa Banggai Laut patut mendapat apresiasi dengan capaian fantastik menurunkan 6.1%
“Dari telaah hemat saya, salah satu kabupaten yang TPPS bergerak secara konvergen adalah Kabupaten Banggai Laut seperti saya kemukanan saat rapat bersama Bappeda sebelum data SSGI 2022 diliris. Kabupaten Banggai laut Menempatkan urgensitas dari Tugas dari TPPS yang harus berjalan sampai ketingkat desa, Kader Pembangunan Desa, Posyandu dan TPK berjalan seirama dalam mengentaskan stunting. Kab. Banggai Laut patut pemperoleh apresiasi dalam capaian ini.” Katanya. SAH