Tiga Proyek Smelter Nikel Vale (INCO) Diharapkan Rampung Lebih Cepat 

Ekonomi, Uncategorized1017 Dilihat

JAKARTA,PIJARSULTENG.COM,- investor.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengebut tiga proyek smelter nikel bernilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp 129 triliun diharapkan rampung lebih cepat dari rencana perampungan pada 2026.

Tiga proyek tersebut adalah smelter nikel Bahodopi Morowali di Sulawesi Tengah (Sulteng) senilai US$ 2,3 miliar, smelter nikel limonite Sorowako di Sulawesi Selatan ( Sulsel) US$ 1,8 miliar, dan smelter nikel Pomalaa di Sulawesi Tenggara (Sultenggara) US$ 4,5 miliar.

Baca JugaUjian Psikotest Catar Tahun 2023 pada Kanwil Kemenkumham Sulteng Resmi Dimulai, Ini Pesan Kakanwil

Head of Communication Vale Indonesia Bayu Aji mengatakan, perseroan akan terus mengebut penyelesaian tiga proyek tersebut agar rampung pada 2026, sehingga akan meningkatkan kapasitas produksi perseroan.

” Kami rinci, rencana kapasitas produksi smelter Pomalaa Sulawesi Tenggara sampai dengan 120 ribu ton dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Bahodopi Morowali Sulawesi Tengah sebesar 73 ribu ton nikel dalam FeNi,” jelas Bayu kepada Investor Daily, Kamis (27/7/2023).

Sementara itu, untuk smelter nikel limonit di Sorowako, Sulsel, Vale Indonesia mengekspektasikan dapat menghasilkan produksi sebanyak 60 ribu ton nikel dalam MHP.

Namun, Bayu belum bersedia menyebutkan identitas calon mitra strategis yang akan bekerjasama di proyek smelter Sorowako.

” Saat ini, belum bisa kami sampaikan. Nanti, kalau sudah saatnya akan kami umumkan,” ujar Bayu.

Baca JugaPT Vale dan PT BNSI Resmikan Pembangunan Proyek Pertambangan dan Pengolahan Nikel Rendah Karbon

Sedangkan di proyek smelter nikel Pomalaa, emiten berkode saham INCO tersebut bersepakat untuk bermitra dengan perusahaan asal Tiongkok, Huayou Cobalt Co Ltd dan perusahaan asal Amerika Serikat, Ford Motor C

Demikian pula dengan proyek smelter nikel di Bahodopi Morowali. INCO telah mencapai mufakat dengan perusahaan asal Tiongkok yakni Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai) melalui perusahaan patungan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).

Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy memastikan, perseroan akan terus menggenjot lini usaha pertambangannya untuk meningkatkan kapasitasnya sebesar 3% dari produksi nikel dunia.

“Saya rasa, dengan dekarbonisasi akan menciptakan banyak demand dan ini kesempatan luar biasa. Apalagi, posisi Vale selama ini selalu menjadi perusahaan sustainable mining dan low carbon,” ucap Febriany.

Aksi Terbaru Merdeka Copper Gold (MDKA)

Untuk itu, INCO bakal mengakselerasi banyak proyek hilirisasi termasuk tiga proyek prioritas senilai US$ 8,6 miliar tersebut. Ini dibuktikan dengan dua mitra sudah mulai berjalan dan satu mitra lagi siap menyusul.

“Intinya, kami dukung program pemerintah. Karena itu, dalam beberapa tahun ke depan, Vale fokus pada tiga proyek senilai US$ 8,6 miliar agar segera rampung,” tuturnya.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *