Belanja Berbasis QRIS Menuju Masyarakat Non Tunai

Ekonomi350 Dilihat

PALU. PIJARSULTENG. COM – Wakil Ketua Badan Anggaran yang juga Anggota Komisi X DPR RI, Muhidin M Said bersama Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, menggelar sosialisasi penggunaan belanja digital atau belanja non tunai yang kini menjadi fenomena global.

Di hadapan 500 undangan yang terdiri dari pelaku usaha kecil dan menengah, masyarakat umum serta ibu rumah tangga, Muhidin mengajak warga beralih dari belanja konvensional ke belanja berbasis standar Quick Response (QR) Code untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking yang disebut QR Code Indonesian Standard (QRIS).

Sosialisasi belanja non tunai yang berlangsung di Sriti Convention Hall, Palu Barat, Selasa 8 Agustus 2023, menurut Muhidin mempunyai sejumlah keunggulan. Misalnya, Mengurangi tingkat kriminalitas, bebas korupsi karena tidak ada transaksi menggunakan uang konvensional dan tahan terhadap krisis serta transaksi yang lebih murah dan efisien.

Baca JugaMuhidin Mohamad Said Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan kepada Siswa dan Guru SMKN 2 Palu

Karena itu, ia menyebut dari berbagai alat pembayaran non-tunai, QRIS merupakan salah satu instrumen yang paling fisien dan mudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di dalam negeri tapi juga bisa digunakan bertransaksi di luar negeri.

Muhidin mengatakan, ada tiga jenis QRIS yang didesain menyesuaikan karakteristik transaksi serta kebutuhan pengguna dan penjual (merchant). Pertama, penjual menampilkan mode statis.

Ini yang paling mudah, penjual cukup memajang satu stiker atau print-out QRIS dan gratiss. Pengguna ungkapnya hanya melakukan scan dengan memasukkan nominal, PIN lalu klik bayar.

Notifikasi transaksi langsung diterima kedua belah pihak, pengguna atau pun penjual. QRIS mode statis ini sangat cocok bagi usaha mikro dan usaha kecil.

Kedua, penjual menampilkan mode dinamis. Jenis ini QR akan dikeluarkan melalui suatu device.  Seperti mesin EDC atau smartphone dan gratiss. Selanjutnya penjual memasukkan nominal pembayaran terlebih dahulu, kemudian pelanggan melakukan scan QRIS yang tampil atau tercetak. QRIS jenis ini katanya sangat cocok untuk penjual skala usaha menengah dan besar atau dengan volume transaksi tinggi. Lalu yang ketiga adalah, costumer presented mode (CPM).

Untuk jenis ini katanya, pelanggan cukup menunjukkan QRIS yang ditampilkan dari aplikasi pembayaran pelanggan untuk discan oleh penjuak. QRIS CPM lebih ditujukan untuk penjual yang membutuhkan kecepatan transaksi tinggi seperti penyedia transportasi, parkir dan ritel modern.

Lebih jauh ia mengatakan, dengan semakin meningkatnya penetrasi internet di Indonesia, mengakses layanan QRIS menjadi sangat mudah.

”Tidak perlu harus datang ke kantor cabang.Cukup sediakan kuota internet kemudian mendafar secara online,” katanya disambut aplaus pengunjung. Di Indonesia lanjut Muhidin Sulawesi Tengah termasuk provinsi yang menggunakan non tunai berbasis QRIS termasuk tinggi.

Pertumbuhan pengguna QRIS mencapai 246 persen pada tahun 2022 yang lalu. Hanya saja, sebaran pengguna QRIS masih didominasi oleh masyarakat perkotaan.

Ia berharap Sulawesi Tengah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Sulawesi Maluku Papua (SULAMPUA), diharapkan mampu menjadi motor penggerak transformasi ekonomi digital melalui implementasi QRIS menuju masyarakat non-tunai.

Di tempat yang sama, Kepala perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Dwiyanto Cahyo Sumirat, mengatakan belanja berbasis QRIS merupakan salah satu implementasi visi sistem pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang telah dicanangkan 2019 lalu. QRIS yang mengusung semangat UNGGUL (UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung), bertujuan untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, untuk Indonesia Maju. SAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *