Civitas Akademik UIN Palu Pakai Sarung Upacara Hari Santri

Palu1376 Dilihat

PALU, PIJARSULAWESI.com- Civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, memperingati Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2021, dengan menggelar upacara yang seluruh peserta upacara khususnya pria harus memakai sarung dan kopiah hitam.
Rektor UIN Palu Prof Sagaf Pettalongi MPd bertindak sebagai pembina upacara Hari Santri Nasional yang mengangkat tema “santri siagajiwa raga”, berlangsung di Pondok Pesantren UIN Datokarama Palu, di Kelurahan Tipo, Kota Palu.
Sementara mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren tersebut, bertindak sebagai pemimpin upacara dan pengibar bendera merah putih. Upacara itu diikuti oleh mahasiswa dan dosen serta pegawai administrasi UIN Palu, dengan menerapkan protokol kesehatan cegah COVID secara ketat.
“Sejak ditetapkan pada tahun 2015, setiap tahun kita rutin menyelenggarakan peringatan hari santri dengan tema yang berbeda. Untuk peringatan hari santri tahun 2021 ini mengangkat tema santri siaga jiwa raga,” kata Rektor UIN Palu Prof Sagaf S Pettalongi MPd saat membacakan sambutan Menteri Agama, dikutip dari laman IAINpalu.ac.id.
Dalam sambutan Menteri Agama tersebut dijelaskan bahwa maksud tema “Santri Siaga Jiwa Raga” adalah bentuk pernyataan sikap santri Indonesia agar selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela Tanah Air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.
Siaga Jiwa berarti santri tidak lengah menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran Islam rahmatan Iil’alamin serta tradisi luhur bangsa Indonesia.
“Bila zaman dahulu jiwa santri selalu siap dan berani maju untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka santri hari ini tidak akan pernah memberikan celah masuknya ancaman ideologi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan Indonesia,” kata Prof Sagaf saat membcakan sambutan tersebut.
Siaga raga berarti badan, tubuh, tenaga, dan buah karya santri didedikasikan untuk Indonesia. Oleh karena itu, santri tidak pernah lelah dalam berusaha dan terus berkarya untuk Indonesia.
“Jadi, siaga jiwa raga merupakan komitmen seumur hidup santri yang terbentuk dari tradisi pesantren yang tidak hanya mengajarkan kepada santri-santrinya tentang ilmu dan akhlak, melainkan juga tazkiyatun nafs, yaitu mensucikan jiwa dengan cara digembleng melalui berbagai ‘tirakat’ lahir dan batin yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya. MAL/pijarsulawesi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *