PALU, PIJARSULTENG.COM – Forum Konsolidasi bagi Komunitas Warga Sulawesi Selatan (Sulsel) yang berdomisili di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) melalui paguyuban Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan ( KKSS) tergabung dalam 24 Pilar kembali melakukan rapat pleno I menuju Musyarawah Wilayah (Muswil) ke IV KKSS untuk melahirkan ketua tanpa perpecahan
” Kita kembali lanjut di rapat pleno I ini, hasil kesempatakan diskusi rapat konsultasi pada Hari Ahad (23/10/2022) untuk membentuk kepanitiaan Muswil nantinya,” jelas Andi Ridwan Adam Bataraguru selaku ketua panitia rapat pleno I, usai rapat pembentukan panitia Muswil di Convention Hall Swiss-Belhotel Palu, Rabu (27/10/2022).
Dalam rapat pleno 1 yang bertindak selaku steering commitee. Abdul Malik Bram, Dr Idam Chalik,SH, MH, Andi Ridwan Adam Bataraguru,SH dan Husen Alwi, ST.
Baca juga: Kepengurusan KKSS di Sulteng Tiga Tahun Vakum
Ketua steering committee pleno I KKSS, Idham Chalik yang juga mantan ketua umum Badan Pengurus Wilayah (BPW) KKSS Provinsi Sulteng itu menyampaikan harapan muswil yang bakal dihelat Desember mendatang bisa melahirkan ketua tanpa perpecahan bisa terwujud, kalau filosofi budaya Siapakatuo, Sipakalebbi, Sipakainge (sikap saling menghormati atau menghargai, saling menasehati atau mengingatkan, dan saling memuliakan) tetap dijunjung tinggi warga KKSS.
Sebab, belajar dari pengalaman sebelumnya, beberapa kegiatan muswil KKSS selalu berujung perpecahan.
“Ada tradisi di KKSS ini dan mudah- mudahan tidak berkembang, ikut berkompetisi, hasil kompetesi itu pecah dua. Ini saya bercerita, sudah beberapa kali kita muswil, pasti begitu. Ada yang tidak mau terima,” kata mantan Dekan Fakultas Hukum Untad itu yang diamini Abdul Malik Bram mantan wakil ketua I BPW KKSS
Penyebabnya, semangat Sipakatuo, Sipakalebbi, dan Sipakainge, tidak terpatri pada jiwa masing-masing warga KKSS yang ikut berkompetisi. Saingannya dalam kompetisi tersebut dianggapnya lawan, bukan saudara sendiri. Sehingga, tercipta kondisi bahwa saingan dalam Muswil adalah lawan yang harus dikalahkan, bagaimanpun itu caranya.
Filosopi budaya Sipakatuo, Sipakalebbi, dan Sipakainge (3 S) yang sudah jadi turun temurun ditanamkan bagi warga KKSS, luntur hanya karena syahwat kompetisi.
Lebih ironis lagi, jika ada perseteruan di daerah, pimpinan pusat ikut terlibat. Filosofi 3 S itu jadinya simbolik semata. Sulit dilaksanakan dalam praktik keseharian.
“Belum pernah ada muswil KKSS yang tidak ribut. Kata-kata filosopi tadi itu ibarat sajak yang nyaring kedengaran, tapi praktiknya itu susah,” kata Idham Halik.
Ia menambahkan, belajar dari pengalaman tersebut, warga KKSS di Sulteng ingin mengulang kesalahan tersebut. Dalam perspektif Idham Halik, ia menganggap perpecahan hasil muswil sebagai kecelakaan sejarah.
Sehingga, ia berharap seandainya Muswil nantinya melahirkan ketua berdasarkan hasil musyawarah, maka jadi sejarah baru bagi warga KKSS Provinsi Sulteng dan akan tercatat sebagai tinta emas.
“Andaikata Muswil nanti hasilnya musyawarah, kenapa tidak. Itu jauh lebih bagus,” ujarnya.
“Kalau kita telusuri pemilihan pemimpin di Bugis Makassar, Mandar dan Toraja dahulu kala yang kita agung-agungkan ini, semua terpilih melalui musyawarah, tidak dipilih. Mengapa itu tidak menjadi semangat kita dalam ber-KKSS,” tambahnya.
Hal senada disampaikan ketua Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Sulteng yang juga mantan pengurus BPW KKSS mengatakan jika dirinya berharap agar Muswil kedepan berjalan tanpa kendala meskipun selama ini vakum itu bukan karena internal pengurus tapi saat itu masih suasana bergabung dampak Gempa yang melanda Sulteng sehingga ada kebijakan dari Pengurus KKSS pusat. Saat ini sudah terbentuk panitia Muswil ke IV
” Mari kita berbuat bersama – sama agar Muswil ini bisa menghadirkan.ketua yang mampu merangkul semua pilar yang ada di Sulteng dalam mewujudkan percepatan pembangunan di Sulteng dan tidak berafiliasi kepada Politik, harap Malik Bram.
(SAH)